Letak air terjun ini berdekatan dengan wisata gunung bromo dan Air Terjun Madakaripura juga masuk dalam wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). lokasinya berada di Desa Desak, Kec Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur.
Untuk memasuki Madakaripura kita harus melewati pedesaan dengan jalan
menanjak beraspal yang lebarnya kurang lebih 3m, kental sekali nuansa
pedesaannya, beberapa masyarakat mencari nafkah dengan membudidayakan
lebah penghasil madu untuk menyambung hidup, cukup seru ketika melihat
kotak-kotak berisi lebah ada dipinggir jalan yang mereka gunakan untuk
mengambil madunya,
Berikut adalah dokumentasi 27 oktober 2013
Keindahan Air Terjun Madakaripura diakui banyak wisatawan yang datang
ke
lokasi, dan mayoritas pengakuan itu datang secara tiba-tiba setelah
sampai di tujuan. Namun Meski demikian, untuk sampai ditujuan,
wisatawan masih memerlukan lagi
perjalanan kaki menuju pusat air terjun perjalanan yang tempuh pun
tidak mudah, sebab harus melalui
naik turun berjalan menyusuri sungai dan jalan setapak kurang lebih 1,5
kilo dengan keadaan nya masi terjal alias masi alami, di butuhkan waktu
tempuh kurang lebih selama 30
menit, sebab lokasi pusat air terjun ini seperti melewati lorong
perbukitan.
Sebelum anda sampai di air terjun utama anda harus melewati air terjun
juga yang ada 100m diatas kepala anda terbelih dahulu, ini menjadi seru
karena anda harus basah basahan terlebih dahulu sebelum mencapai air
terjun utama, yang ga mau basah2an bisa nyewa payung karena disana sudah
ada orang2 yang siap menyediakan ojek payung untuk anda.
Tapi perjuangan anda belum berakhir anda harus menaiki bebatuan yang lebarnya
cuma sejengkal dan tingginya 2 meter untuk mencapai air terjun utama
itupun anda harus bergantian dengan banyak orang. Disinilah perjuangan
anda akan dibayar oleh pemandangan air terjun utama yang sangat
mengagumkan, sungguh penciptaan tuhan yang luar biasa. jika dibayangkan
kita seperti berada dalam sebuah tabung raksasa ketika sepasang mata
kita menyaksikan air yang turun dari ketinggian kurang lebih 200meter
diatas kita
Setelah sampai di pusat air terjun, keindahan sisi kiri dan kanan
lokasi ini akan membuat hati tertegun, karena keindahannya jauh berbeda
dibanding beberapa air terjun yang ada di Indonesia.
Peringatan air yang tepat berada dibawah air terjun ini karena kedalamannya 7-8meter lho, kalau anda bisa renang tidak masalah dan satu lagi anda harus waspada bahaya material batu atau kayu yang mungkin ikut terbawa arus air
Berikut adalah dokumentasi 27 oktober 2013
Cerita
Madakaripua adalah Air terjun yang menyimpan sejarah mengenai Perang
Bubat dan Patih Gajahmada(Air Terjun Madakaripura merupakan tempat
kediaman terakhir salah satu jendral besar dalam sejarah kerajaan di
Indonesia, Mahapatih Gajah Mada.
Perang Bubat
Berbicara sejarah Madakaripura tidak akan jauh dari Perang Bubat.
Perang antara kerajaan Sunda Galuh dan Majapahit ini menjadi penyebab
utama dipecatnya Gajah Mada dari jabatan Mahapatih (sekarang sama dengan
perdana menteri). Setelah pemecatan tersebut Gajah Mada memutuskan
untuk mengasingkan diri di Madakaripura.
Sekitar tahun 1364 raja Majapahit, Hayam Wuruk, berniat mempersunting
putri kerajaan Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi.
Selain untuk mencari permaisuri, keinginan meminang Dyah Pitaloka ini
juga bertujuan untuk mempererat hubungan 2 kerajaan. Untuk itu Hayam
Wuruk mengirimkan Gajah Mada ke Sunda Galuh untuk melamar Dyah Pitaloka.
Lamaran Hayam Wuruk diterima. Pada hari yang telah ditentukan, Dyah
Pitaloka berangkat ke Majapahit dengan menggunakan jalur laut. Pada
perjalanan ini ikut serta raja Sunda Galuh (Prabu Linggabuana) dan
permaisurinya, beberapa orang menteri, serta beberapa ratus prajurit
pengawal kerajaan, pasukan Balamati. Total rombongan yang berangkat
sekitar 200 kapal.
Kedatangan rombongan dari Sunda ini mengundang niat buruk dari salah
satu senopati di pasukan Bhayangkara, pasukan elit yang dimiliki
Mahapahit. Ketika rombongan Linggabuana sampai di Lapangan/Pasanggrahan
Bubat (alun-alun Majapahit), senopati tersebut menghentikan rombongan
dengan alasan Hayam Wuruk masih mengadakan persiapan pernikahan dan
Gajah Mada masih bersemedi di kediamannya. Lebih lanjut, senopati
tersebut menuntut agar pernikahan ini tidak dijadikan pernikahan antara 2
kerajaan yang berdaulat, tetapi sebagai pertanda bergabungnya Sunda
Galuh kepada kerajaan yang lebih besar (saat itu Majapahit menguasai
hampir seluruh kawasan nusantara). Dyah Pitaloka harus dianggap sebagai
persembahan tanda takluk dan bergabungnya Sunda Galuh kepada Majapahit
(versi sejarah lain menyatakan bahwa senopati ini adalah utusan resmi
Gajah Mada).
Linggabuana sangat geram dengan perbuatan senopati ini. Apa yang
telah dilakukan senopati tersebut merupakan penghinaan bagi dirinya dan
seluruh kerajaan Sunda Galuh. Meskipun wilayah Sunda Galuh lebih kecil
(meliputi Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah), tapi kerajaan itu tetap
memiliki kedaulatan penuh. Terlebih lagi Linggabuana datang ke Majapahit
untuk memenuhi lamaran Hayam Wuruk.
Referensi : http://kancangopi.blogspot.com/2013/04/air-terjun-madakaripura.html